URBANCITY.CO.ID – Sampai saat ini lebih dari 90% orang Indonesia tetap lebih memilih rumah tapak sebagai hunian ketimbang apartemen. Tidak peduli lokasi rumah tersebut lebih jauh dari pusat-pusat kegiatan dibanding apartemen.
Bahkan kaum milenial yang merupakan digital native dan sangat mengedepankan kepraktisan dan kecepatan, umumnya juga lebih memilih rumah tapak.
Menurut Steven Milano, founder perusahaan broker properti GadingPro, dalam sebuah diskusi properti di Jakarta beberapa waktu lalu, hasil survei berbagai institusi memang menyatakan demikian.
Pengalamannya sekian lama sebagai broker properti membenarkan hasil survei tersebut. “Orang Indonesia masih lebih memilih rumah tapak sebagai hunian ketimbang apartemen,” katanya.
Baca juga: Arrayan Group Sukses Jual 350 Rumah Klaster Tivoli Garden
Alasannya, pertama, karena ukuran apartemen lebih mungil ketimbang rumah tapak dengan harga yang sama, dan tidak mungkin dikembangkan untuk menambah ruang.
Kedua, harga apartemen umumnya lebih tinggi dibanding rumah tapak dalam meter persegi (m2). Kalaupun harga apartemen lebih rendah atau mirip-mirip, orang tetap lebih memilih rumah tapak karena mobilitasnya lebih mudah dan sudah pasti ada area parkir mobilnya.
“Di apartemen juga disediakan parkir mobil, tapi ada rasionya. Misalnya, satu lot parkir untuk setiap 2-4 unit apartemen. Jadi, penghuni belum pasti dapat parkir,” jelas Steven.
Baca juga: Sekarang Apartemen Siap Huni Lebih Diminati
Ketiga, orang lebih memilih rumah tapak, karena tingginya biaya tinggal (service charge/IPL) di apartemen. Alasan keempat, budaya umumnya orang Indonesia, merasa belum afdol kalau huniannya tidak punya tanah.