Lalu, dapat memenuhi kebutuhan sandang dan pangan, memperoleh fasilitas kesehatan yang baik, serta bertempat tinggal atau memiliki rumah secara layak.
Penghasilan masyarakat harus dipacu (booster). Karena rumah tidak bisa dibeli tanpa uang, dan uang tidak mungkin diperoleh kalau masyarakat tidak punya pekerjaan dan penghasilan.
“Karena itu, butuh yang namanya economic engine atau mesin pertumbuhan ekonomi,” jelas Ketua Badan Kejuruan Tenik Kewilayahan dan Perkotaan (BKTKP) PII tersebut.
Board of Directors Member FIABCI Dunia itu menambahkan, setiap kota harus fokus untuk membangkitkan keunggulan economic engine di wilayahnya masing-masing.
Baca Juga: Hingga Februari Realisasi Program Sejuta Rumah 79.568 Unit
Jika mesin pertumbuhan ekonomi mampu digenjot dan dioptimalkan, maka kesempatan kerja akan bertumbuh dan masyarakat otomatis punya penghasilan untuk membeli rumah.
Economic engine dikembangkan berdasarkan kekuatan potensi yang ada di kota tersebut seperti dengan menhttps://urbancity.co.id/wp-content/uploads/2019/10/Post-1.pngg hilirisasi industri, pengembangan properti dan infrastruktur yang bersifat padat karya, maupun lewat pengembangan industri dan jasa termasuk industri pariwisata.
Pengamat perkotaan, Yayat Supriatna mengatakan salah satu masalah di sektor perumahan adalah keterjangkauan masyarakat, terutama harga rumah yang semakin tinggi.
Dia merujuk data Rumah123.com sejak September 2021 hingga Januari 2024 yang menyebutkan harga rumah di 13 kota besar secara umum mengalami kenaikan rata-rata 13,3%.






