Kendala yang menghambat penjualan rumah yang disebutkan BI itu merupakan problem klasik pengembangan dan pemasaran properti di Indonesia.
Melesatnya penjualan rumah primer itu ditopang oleh masih kuatnya penjualan rumah secara kuartalan (QtQ) pada triwulan IV 2023. Yakni, tumbuh 2,12% meski tidak setinggi pertumbuhan triwulan sebelumnya yang 6,74%.
Masih kuatnya penjualan rumah secara triwulanan terutama ditopang oleh penjualan rumah kecil (3,81%) dan besar (1,22%). Sementara penjualan rumah menengah terkontraksi (minus) 0,62%.
Pembiayaan pengembangan rumah baru sebagian besar (72,82%) masih ditopang dana non perbankan terutama dana internal perusahaan developer, disusul pinjaman perbankan (16,07%) dan pembayaran tanda jadi dan/atau uang muka dari konsumen (7,14%).
Dari sisi konsumen, KPR/KPA dari perbankan masih menjadi andalan pembelian rumah baru, dengan pangsa 75,89% dari total pembiayaan, diikuti cara bayar tunai bertahap (17,24%) dan tunai keras (6,73%).
Pada triwulan IV-2023 BI mencatat penyaluran KPR/KPA tumbuh 12,17% secara tahunan, relatif stabil dibanding triwulan III yang tercatat 12,32%.
“Relatif stabilnya penyaluran KPR dan KPA itu ditopang oleh meningkatnya penyaluran KPR/KPA secara triwulanan. Yakni sebesar 2,63 persen pada triwulan empat, kendati lebih rendah dibanding triwulan tiga yang tercatat 4,93 persen,” tulis SHPR BI.
Dapatkan Informasi Menarik Lainnya di GOOGLE NEWS