URBANCITY.CO.ID – Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) November 2024 yang dipublikasikan akhir pekan lalu mengungkapkan, saat penyaluran kredit perbankan stagnan, kredit buy now pay later (BNPL) tetap melesat.
Per Oktober 2024 porsi kredit buy now pay later (BNPL) perbankan mencapai 0,28 persen (September 0,26 persen) dari total kredit, dengan pertumbuhan penyaluran yang tinggi.
Per Oktober 2024 baki debet kredit BNPL perbankan tumbuh 47,92 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp21,25 triliun, dibanding September dan Agustus 2024 sebesar 46,42 dan 40,68 persen (yoy), dengan total jumlah rekening 23,27 juta dibanding September dan Agustus 2024 sebanyak 19,82 juta dan 18,95 juta (yoy).
Sedangkan penyaluran paylater oleh perusahaan pembiayaan per Oktober 2024 tumbuh 63,89 persen yoy menjadi Rp8,41 triliun, dengan rasio pembiayaan bermasalah atau NPF gross 2,76 persen, dibanding September dan Agustus yang tumbuh 103,40 persen dan 89,20 persen yoy dengan NPF gross 2,60 persen dan 2,52 persen.
Kendati pada Oktober 2024 penyaluran paylater oleh perusahaan pembiayaan menurun, pertumbuhan paylater tersebut tetap terbilang tinggi.
Sementara penyaluran pinjaman oleh fintech peer to peer (P2P) lending atau yang lebih dikenal dengan istilah pinjol (kini diganti pinjaman daring atau pindar) terus menurun. Pada Oktober 2024 penyaluran pinjol tumbuh 29,23 persen yoy dengan nominal Rp75,02 triliun.
Menurun dibanding September dan Agustus 2024 yang tumbuh 33,73 persen dan 35,62 persen yoy, dengan tingkat risiko kredit macet secara agregat (TWP90) 2,37 persen dibanding September dan Agustus 2024 yang tercatat masing-masing 2,38 persen.