URBANCITY.CO.ID – Dibanding kuartal pertama, permintaan ruang ritel di Jakarta pada kuartal dua 2024 mengalami penurunan (- 0,2 persen), menjadikan total permintaan kumulatif mencapai 3.727.800 m2. Namun, secara tahunan (YoY), permintaan ruang pusat belanja itu meningkat 2,6 persen.
Mengutip MarketBeat Q2 2024: Unveiling Greater Jakarta’s Retail Landscape versi konsultan properti Cushman & Wakefield Indonesia yang dipublikasikan di Jakarta, Kamis (25/7/2024), akibat penurunan itu, tingkat hunian rata-rata pusat belanja di Jakarta juga minus 0,2 persen (QoQ) kendati naik 2,6 persen YoY.
Karena menurunnya permintaan, harga sewa dasar pusat belanja di Jakarta pada kuartal dua hanya meningkat sedikit (0,9 persen YoY dan 0,9 persen QoQ), menjadi rata-rata Rp815.400/m2/bulan. Sementara service charge stagnan (QoQ) di angka Rp195.900/m2/bulan, namun meningkat 2,9 persen YoY.
Berbeda dengan ruang ritel di Bodetabek. Harga sewa dasar dan service charge-nya meningkat masing-masing 2,4 persen 2,9 persen. Cushman memperkirakan, kenaikan service charge itu akan berlanjut pada semester dua.
Baca juga: Agora di Autograph Tower Akan Jadi Mall Tertinggi di Indonesia
Kendati demikian, serupa dengan Jakarta, tingkat hunian pusat belanja di Bodetabek juga menurun 3,3 persen menjadi 73,5 persen pada paruh pertama 2024, dibanding periode yang sama 2023.
Kecenderungan ini kemungkinan berlanjut, karena kedatangan banyak pasokan pusat belanja baru selama semester dua 2024 sampai awal 2025.
Dua musim liburan besar, Idul Fitri dan liburan sekolah, meningkatkan kunjungan ke pusat perbelanjaan di Jabodetabek. Namun, tetap belum mampu meningkatkan permintaan terhadap pusat belanja atau dan ruang ritelnya.