URBANCITY.CO.ID – Tahun ini Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan kredit berada pada batas atas di kisaran 10-12 persen. Angka ini mengindikasikan belum terlalu bergairahnya dunia usaha. Tahun lalu pertumbuhan kredit mencapai 10,38 persen.
Survei penjualan eceran dan survei konsumen yang dirilis BI beberapa waktu lalu mengungkapkan kelesuan dunia usaha tersebut, kendati indeksnya masih di zona optimis atau ekspansif.
Jadi, realisasi pertumbuhan kredit tahun ini kemungkinan hanya sedikit lebih tinggi dibanding 2023. Keterangan BI yang dipublikasikan beberapa hari lalu menyebutkan, Juli 2024 pertumbuhan kredit mencapai 12,40 persen secara tahunan (yoy).
Dari sisi penawaran, BI menyatakan minat penyaluran kredit tetap terjaga, didukung oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) Juli 2024 sebesar 7,72 persen (yoy), strategi realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan, serta dukungan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) BI.
Untuk memperkuat pendanaan, perbankan juga mengoptimalkan sumber dana selain DPK. Antara lain penerbitan surat-surat berharga dan pinjaman.
“Sisi permintaan juga mendukung pertumbuhan kredit, bersumber dari permintaan korporasi sejalan dengan kinerja penjualan yang masih kuat,” tulis BI. Permintaan kredit rumah tangga masih tinggi terutama pada KPR.
BI mengklaim, pertumbuhan kredit yang tinggi terjadi pada mayoritas sektor ekonomi, terutama pada sektor industri, listrik, gas, dan air (LGA), serta pengangkutan.
Berdasarkan penggunaan, pertumbuhan kredit Juli 2024 terutama ditopang oleh kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi, masing-masing 15,20 persen (yoy), 11,60 persen (yoy), dan 10,98 persen (yoy).