Presiden menyebutkan, penyelenggaraan event dalam skala nasional dan internasional berdampak positif bagi negara. Ia memberi contoh Qatar, yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonominya dengan menyelenggarakan Piala Dunia Sepakbola 2022.
“Piala Dunia 2022 di Qatar bisa membangkitkan pertumbuhan ekonomi negara itu. Dari tahun sebelumnya hanya 1,5 persen, melompat jadi 4,3 persen saat penyelenggaraan event itu. Qatar berani keluar USD220 billion untuk event itu, di atas APBN kita setahun. Kenapa dia berani? Karena pasti return-nya lebih besar,” tutur Presiden.
Presiden pun menyinggung konser sejumlah artis global seperti Taylor Swift yang tidak diadakan di Indonesia tapi di Singapura selama 6 hari. Atau diadakan di Indonesia seperti Cold Play tapi hanya sehari, sementara di Singapura grup itu manggung 4 hari yang didatangi ratusan ribu penonton dari mancanegara termasuk Indonesia.
“Kenapa sih yang menyelenggarakan (event besar) itu selalu Singapura? Karena kecepatan melayani, kecepatan dalam mendatangkan artis-artis (internasional) tadi. Karena adanya dukungan pemerintah baik akses, keamanan, maupun yang lain. Sementara di kita urusan perizinannya ruwet,” tegas Jokowi.
Baca juga: Presiden Usul Stimulus Restrukturisasi Kredit Akibat Covid-19 Diperpanjang
Ia mencontohkan perizinan Moto GP Mandalika di Lombok beberapa tahun lalu. Penyelenggaranya harus mengantongi 13 surat izin dan surat rekomendasi baru bisa menggelar event tersebut.
Dalam kesempatan itu Presiden juga menyinggung soal Indeks Perjalanan dan Pembangunan Pariwisata Indonesia yang naik dari 32 menjadi nomor 22. Jokowi mengapresiasi hal itu. Tapi, kendati naik signifikan, posisi pariwisata Indonesia di Asia Tenggara masih kalah dari Singapura, Malaysia, bahkan Vietnam.