Sebagai contoh MRT Jakarta menelan investasi Rp1,1 triliun per km saat awal dibangun. Sekarang sudah Rp2,3 triliun. Sementara biaya pengembangan LRT Jabodetabek mencapai Rp600 miliar per km.
Sebab itu pemerintah daerah harus mencari opsi transportasi umum lain yang investasinya lebih murah.
Salah satu opsi yang ditawarkan Jokowi adalah autonomous rapid transit (ATR). Bentuknya seperti kereta, namun tanpa rel tapi dipandu magnet.
“(ART itu) tidak pakai rel, pakai magnet. Bisa 3 gerbong, 2 gerbong, atau 1 gerbong, ini jauh lebih murah,” katanya. Presiden tidak menyebut berapa biaya pembangunan ART. Yang jelas ia menawarkan bantuan APBN dari pemerintah pusat bila ada kota yang mau mengembangkan transportasi massal itu di wilayahnya.
Baca juga: Menhub: Komitmen Pemda Kembangkan Transportasi Publik Masih Kurang
“Nanti kalau ada kota yang APBD punya kemampuan (mengembangkan ART), tolong berhubungan dengan Menteri Perhubungan. Bisa bagi-bagi, fifty-fifty bisa, APBD 50 persen, APBN 50 persen misalnya,” kata Jokowi.
Lebih dari soal transportasi publik, sambung Presiden, kota masa depan yang diidamkan adalah kota yang ramah terhadap pejalan kaki, penyandang disabilitas, pesepeda, dan hijaun. nyaman. “Green city, smart city, creativite city, yang liveable dan lovable,” pungkasnya.
Mendampingi Presiden dalam acara tersebut Mendagri Tito Karnavian, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, Pj. Gubernur Kalimantan Timur Akmal Malik, Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud, dan Ketua Dewan Pengurus Apeksi Eri Cahyadi.