Paviliun Indonesia berlokasi di area paviliun internasional dan menampilkan produk-produk dari perusahaan dan pelaku usaha, kecil, dan menengah (UKM).
BACA JUGA: Temui JCCI, Wamendag Jerry Dorong IJEPA Untuk Meningkatkan Perdagangan Indonesia dan Jepang
“Dengan berada di satu lantai dengan produk-produk inovatif, termasuk paviliun usaha perintis (startup), kami mengamati bahwa inovasi yang dapat dilakukan Indonesia bukan hanya dari jenis produknya, tetapi juga dari sisi pengolahan dan pengemasannya,” tambah Ranitya.
Lanjut Ranitya, pasar mamin AS sangat kompetitif. Karena itu, produk mamin Indonesia perlu memperhatikan tren yang berkembang dan terus berinovasi. Selain itu, produk Indonesia perlu memperhatikan aspek standar keamanan, transparansi, dan ketertelusuran produk yang dikonsumsi masyarakat AS.
“Sejumlah tren dalam industri mamin AS yang diamati selama pameran di antaranya produk yang menitikberatkan pada aspek kenyamanan, komunitas, rasa ingin tahu, dan produk-produk dengan sentuhan premium; masakan campuran (fusion) yang menggunakan bahan-bahan dan teknik autentik dari asalnya; makanan sehat yang berkualitas tinggi; serta produk dengan porsi/kemasan kecil seiring meningkatnya tren makan camilan (snacking),” ujar Ranitya.
Menurut Ranitya, dengan meningkatnya konsumen milenial dan Gen Z serta menurunnya Baby Boomers, penjualan mamin melalui niaga elektronik menjadi penggerak utama penjualan produk mamin di pasar AS.