Baca juga: Rupiah Makin Perkasa, Mendekati Rp15.500 per USD
BI menyatakan, ketidakpastian pasar keuangan global mulai mereda, namun risiko masih tinggi. Ekonomi global 2024 diprakirakan tumbuh 3,2 persen dengan kecenderungan melambat.
Ekonomi Amerika Serikat (AS) diprediksi mulai melambat di semester II 2024, seiring penurunan permintaan domestik. Sementara ekonomi Tiongkok belum kuat, yang membaik ekonomi Eropa.
Perlambatan ekonomi AS berdampak pada meningkatnya pengangguran, dan menurunnya inflasi yang lebih cepat ke arah sasaran inflasi jangka panjang sebesar 2 persen.
Perkembangan ini mendorong kuatnya ekspektasi penurunan bunga acuan bank sentral AS Fed Funds Rate (FFR), yang lebih cepat dan lebih besar dari prakiraan.
Dampak lebih lanjut, mendorong penurunan imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS US Treasury tenor 2 tahun, diikuti penurunan yield US Treasury 10 tahun, dan pelemahan USD terhadap berbagai mata uang dunia.
Perkembangan tersebut mendorong meningkatnya aliran masuk modal asing dan memperkuat mata uang negara berkembang termasuk Indonesia.
“Namun risiko terkait kekhawatiran resesi di AS dan dinamika geopolitik perlu harus dicermati. Kondisi ini memerlukan kehati-hatian dalam merumuskan respons kebijakan, dari rambatan ketidakpastian global terhadap perekonomian domestik,” tulis BI.
Dapatkan Informasi Menarik Lainnya di GOOGLE NEWS