URBANCITY.CO.ID – Nilai tukar rupiah terus menguat menyusul keputusan Bank Indonesia memangkas bunga BI Rate menjadi 6 persen, Rabu (18/9/2024), dan bank sentral AS The Fed memotong bunga Fed Funds Rate (FFR) 50 basis poin menjadi 4,75-5,00 persen, Kamis dini hari (19/9/2024) waktu Indonesia.
Menurut catatan Bank Indonesia (BI), pada penutupan perdagangan Kamis (19/9/2024), kurs rupiah ditutup pada level (bid) Rp15.230 per dolar AS (USD). Rupiah Kian Perkasa.
Pada saat bersamaan imbal hasil atau yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke level 6,53 persen, Indeks Dolar atau DXY melemah ke level 100,61, dan yield surat utang pemerintah AS US Treasury Note 10 tahun naik ke level 3,713 persen.
Menguatnya rupiah membuat premi risiko berusaha atau credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun per 19 September 2024, turun signifikan ke level 63,41 bps dibanding 67,46 bps pada 13 September 2024.
Pemangkasan BI Rate membuat investor lebih optimis memandang prospek ekonomi Indonesia. Investor optimis, modal asing portofolio pun menderas masuk ke Indonesia yang akan makin memperkuat rupiah.
Berdasarkan transaksi 17-19 September 2024, nonresiden (asing) tercatat beli neto Rp25,60 triliun. Yaitu, Rp4,19 triliun di pasar saham, Rp19,76 triliun di pasar SBN, dan Rp1,66 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Dengan demikian selama tahun 2024 berdasarkan data setelmen s.d. 19 September 2024, nonresiden tercatat beli neto Rp51,85 triliun di pasar saham, Rp21,39 triliun di pasar SBN, dan Rp186,85 triliun di SRBI.