URBANCITY.CO.ID – Seperti kebanyakan mata uang negara lain di dunia, nilai tukar rupiah makin kedodoran menghadapi keperkasaan dolar Amerika Serikat (USD).
Mengutip keterangan Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso, Jum’at (27/12/2024), pada akhir perdagangan Selasa, 24 Desember 2024, rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.185/USD. Menguat 100 poin dibanding penutupan perdagangan Kamis pekan lalu (19/12/2024) yang tercatat Rp16.285/USD.
Pada awal perdagangan Jumat, 27 Desember 2024, rupiah dibuka makin menguat kendati sangat tipis (5 poin) ke level (bid) Rp16.180/USD. Namun, kemudian melemah 0,28 persen ke level Rp16.235 saat penutupan perdagangan akhir pekan ini.
Pemicu pelemahan rupiah dan mata uang banyak negara lainnya, adalah prediksi terhadap kebijakan Donald Trump setelah nanti resmi menjabat presiden AS yang akan mengutamakan penguatan pertumbuhan ekonomi negara adikuasa tersebut.
Karena itu investor asing ramai-ramai memindahkan portofolio investasinya dari berbagai negara ke instrumen dolar AS, yang memicu pelemahan mata uang banyak negara.
Baca juga: Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS, Tapi Sudah di Atas Rp16.000
Hal itu tercermin dari penguatan indeks dolar AS atau DXY ke level 108,13 pada Selasa (24/12/2024), dan makin menguat menjadi 108,19 pada penutupan perdagangan Jum’at (27/12/2024).
Pada saat bersamaan imbal hasil atau yield surat utang pemerintah AS atau US Treasury Note (UST) tenor 10 tahun, juga meningkat menjadi 4,583 persen yang makin memicu semangat investor asing mengalihkan portofolionya ke USD.