URBANCITY.CO.ID – Bank Indonesia (BI) mencatat, berdasarkan data transaksi 10–13 Jun 2024, nonresiden (asing) tercatat melakukan beli neto Rp8,91 triliun di pasar uang domestik (Indonesia). Terdiri dari jual neto Rp0,75 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp0,76 triliun di saham, dan beli neto Rp8,90 triliun di pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Sementara selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen s.d. 13 Juni 2024, nonresiden tercatat jual neto Rp35,09 triliun di pasar SBN, jual neto Rp10,40 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp108,90 triliun di SRBI.
Kendati demikian, mengutip keterangan resmi BI, Jum’at (14/6/2024), nilai tukar rupiah tetap kendor merespon kondisi perekonomian global dan domestik terkini yang masih diliputi ketidakspastian. Pada akhir hari Kamis, 13 Juni 2024, rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.265 per dolar AS.
Menguat dibanding pembukaan yang tercatat Rp16.300. Bersamaan dengan itu, yield SBN 10 tahun naik ke level 6,98%, DXY menguat ke level 105,20, yield US Treasury Note 10 tahun turun ke level 4,244%, dan premi risiko berusaha atau credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun naik menjadi 70,95 bps dari 70,14 bps per 7 Juni.
DXY atau Indeks Dolar adalah indeks yang menunjukkan pergerakan dolar terhadap 6 mata uang negara utama lainnya (EUR, JPY, GBP, CAD, SEK, CHF). Sedangkan UST atau US Treasury Note, adalah surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS dengan tenor 1-10 tahun.
Baca juga: Modal Asing Deras Lagi Masuk, Kurs Rupiah Kembali di Bawah Rp16.000