Kerugian terbesar berasal dari BREN, di mana Prajogo memiliki 64,66% saham melalui BRPT, dengan kerugian mencapai Rp 107,99 triliun.
Secara keseluruhan, kerugian Prajogo dalam beberapa menit awal perdagangan hari ini mencapai Rp 163 triliun, yang turut mempengaruhi kapitalisasi pasar yang turun hingga Rp 408 triliun.
Penyebab Anjloknya Saham
Anjloknya saham BREN dan emiten lainnya terjadi setelah kabar bahwa Morgan Stanley Capital International (MSCI) tidak akan memasukkan tiga emiten milik Prajogo ke dalam indeks MSCI Investable Market pada review Februari 2025. Ketiga emiten tersebut adalah BREN, PT Petrosea Tbk (PTRO), dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).
Baca Juga: Kendati Bursa Saham Merosot, Penghimpunan Dana di Pasar Modal Masih Positif
Kendala investibility menjadi alasan utama MSCI tidak memasukkan ketiga saham tersebut. MSCI berjanji akan meninjau kembali kelayakan saham-saham ini di masa mendatang dan akan memberikan informasi lebih lanjut sesuai kebutuhan.
Sebelumnya, rebalancing indeks MSCI dijadwalkan diumumkan pada 12 Februari mendatang. Rumor beredar bahwa ada tiga saham konglomerat yang akan masuk, termasuk BREN. Indeks MSCI sering dijadikan acuan oleh investor asing untuk berinvestasi di negara-negara tertentu, termasuk Indonesia.
Kabar mengenai kocok ulang indeks ini menjadi perbincangan hangat, terutama karena BREN sebelumnya juga gagal masuk ke indeks FTSE karena dianggap tidak memenuhi syarat free float.
Saat itu, FTSE menilai 97% saham BREN masih terkonsentrasi pada empat pemegang saham. Namun, manajemen BREN membantah pernyataan tersebut dan meminta klarifikasi dari FTSE Russell. (*)