URBANCITY.CO.ID – Investor asing (nonresiden) ramai-ramai menempatkan dana di surat berharga berdenominasi rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia, SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia).
Keterangan tertulis BI yang dipublikasikan Asisten Gubernur/Kepala Departemen Komunikasi Erwin Haryono, Jum’at (12/7/2024), mengungkapkan, selama 2024 sampai 11 Juli, nonresiden melakukan jual neto Rp28,82 triliun di pasar SBN (Surat Berharga Negara), jual neto Rp6,75 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp153,20 triliun di SRBI.
Sementara berdasarkan data transaksi 8–11 Juli, asing tercatat melakukan beli neto Rp5,59 triliun. Terdiri dari beli neto Rp3 triliun di pasar SBN, beli neto Rp0,32 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp2,27 triliun di SRBI.
SRBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan BI dengan tenor bervariasi, hingga 12 bulan. Underlying (bantalan/agunan) SRBI adalah SBN yang dimiliki BI. SBN adalah surat utang yang diterbitkan pemerintah Indonesia. BI merilis SRBI sejak 15 September 2023.
Pada lelang 4 Juli BI memberikan bunga (diskonto) 7,53 persen untuk SRBI bertenor 12 bulan. Itulah yang membuat asing ramai-ramai memindahkan dana ke SRBI.
Bandingkan dengan yield SBN 10 tahun per 11 Juli 2024 (penutupan) yang turun ke level 6,99 persen. Kemudian turun lagi ke level 6,88 persen pada pembukaan perdagangan Jum’at, 12 Juli 2024.
BI sendiri menerbitkan SRBI memang untuk menyerap dana asing jangka pendek (hot money atau portofolio), guna meredam tekanan terhadap nilai tukar rupiah.