Namun, kebijakan itu juga berisiko melemahkan rupiah bila saat SRBI jatuh tempo, tingkat diskontonya tidak lagi dianggap menarik, sehingga asing ramai-ramai menarik dananya dari SRBI.
Saat ini karena asing ramai kembali menaruh dana di Indonesia, terutama di SRBI, rupiah pun makin menguat. Ditambah lagi ada sentimen penurunan inflasi di AS yang membuat banyak kalangan berspekulasi, bank sentral AS The Fed bisa menurunkan bunga acuan pada triwulan tiga.
Baca juga: Cadangan Devisa Meningkat, Rupiah Menguat
Menurut BI, pada akhir perdagangan Kamis, 11 Juli 2024, rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.190 per dolar AS, dibanding Rp16.200 pada hari sebelumnya.
Pada hari yang sama indeks dolar AS (DXY) terhadap 6 mata uang utama dunia (EUR/Euro, JPY/Japanese Yen, GBP/British Pound, CAD/Canadian Dollar, SEK/Swedish Krona, CHF/Swiss Franc) melemah ke level 104,44.
Rupiah makin menguat pada pembukaan perdagangan Jum’at, 12 Juli 2024, ke level Rp16.120. Pada hari yang sama, yield surat utang pemerintah AS (US Treasury Note) 10 tahun turun ke level 4,21 persen.
Begitu pula yiled SBN seperti sudah disinggung di atas.
Karena derasnya aliran masuk modal asing yang memicu penguatan rupiah itu, premi risiko berusaha atau credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun per 11 Juli 2024, pun turun ke level 69,03 bps dibanding 5 Juli 2024 yang tercatat 72,98 bps.
Dapatkan Informasi Menarik Lainnya di GOOGLE NEWS