URBANCITY.CO.ID – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan keprihatinan mendalam terkait situasi yang semakin tegang di Sudan Selatan, yang berpotensi membawa negara tersebut kembali ke dalam kancah konflik.
“Sekretaris Jenderal (Antonio Guterres) mengikuti situasi yang mengkhawatirkan di Sudan Selatan dengan keprihatinan yang mendalam,” ungkap Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric, dalam konferensi pers pada hari Kamis.
Dujarric menekankan bahwa misi penjaga perdamaian PBB di Sudan Selatan mendesak semua pihak untuk menahan diri dan mematuhi Perjanjian Perdamaian yang Diperbarui, yang ditandatangani pada tahun 2018 demi menciptakan stabilitas. PBB juga berkolaborasi dengan mitra perdamaian regional dan internasional untuk menyuarakan kekhawatiran atas penahanan rumah Wakil Presiden Pertama, Riek Machar.
“PBB memperingatkan bahwa tindakan ini membawa negara tersebut selangkah lebih dekat ke jurang kehancuran akibat perang saudara dan penghancuran perjanjian perdamaian,” tegas Dujarric. Ia mendesak para pemimpin Sudan Selatan, termasuk Presiden Salva Kiir dan Wakil Presiden Pertama Machar, untuk menyelesaikan perselisihan mereka dengan cara damai.
Baca juga : Menpora Dito, Promosikan Pencak Silat di Markas PBB
“Harus jelas bagi semua pihak bahwa rakyat Sudan Selatan tidak sanggup lagi menanggung konsekuensi perang saudara,” tambahnya. Dujarric juga mencatat bahwa sekitar 9,3 juta orang di Sudan Selatan sangat bergantung pada bantuan kemanusiaan akibat konflik yang berkepanjangan, tantangan iklim, dan gejolak ekonomi. “Sangat penting bagi para pemimpin negara untuk mengutamakan kepentingan rakyat,” pungkasnya.