Menurut Emir, ini bisa menjadi momentum terbaik untuk kedua nya. Di satu sisi, Muhammadiyah ingin memiliki bank syariah sendiri untuk menjalankan visi besar para pendirinya dalam memberdayakan ekonomi umat sebagaimana diajarkan dalam Teologi Al Maun.
“Akan tetapi mereka tidak mungkin menjalankan sendiri mengingat pengalaman pahit masa lalu di Bank Persyarikatan (kini KB Syariah). Maka itu, Muhammadiyah butuh partner strategis untuk me running bank secara lebih profesional, menjalankan prinsip GCG berstandar tinggi, prudent dan ditopang oleh permodalan yang kuat. Yang memenuhi berbagai kriteria tersebut ya financial institution, terutama perbankan,” katanya.
Baca Juga: Kredit dan Pembiayaan BTN Tembus Rp352 Triliun
Di sisi lain, lanjut Sutan Emir, BTN memikul harapan banyak pihak mengenai peran BTN Syariah hasil spin off dapat menjadi penyeimbang Bank Syariah Indonesia (BSI) di industri perbankan syariah tanah air.
Mengutip pernyataan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae, BSI perlu lawan tanding yang seimbang agar industri perbankan syariah dapat tumbuh lebih cepat dan lebih kuat.
Pada titik ini, kata Emir, BTN sangat wajar punya harapan bisa berkongsi dengan Muhammadiyah untuk ikut merawat dan membesarkan BTN Syariah hasil spin off melalui kepemilikan bersama.
“Ini ibarat tutup ketemu botol, sudah pas dan bertemu di waktu yang tepat. Keduanya akan saling melengkapi dan saling memberi nilai tambah. BTN Syariah bisa mengoptimalkan ekosistem Muhammadiyah untuk tumbuh secara cepat, sebaliknya Muhammadiyah bisa menjadikan BTN Syariah sebagai ajang comeback sekaligus mengamalkan Teologi Al Maun,” katanya.