Yaitu, you only live once (YOLO), fear of missing out (FOMO), dan fear of other people opinion (FOPO), yang cenderung mengarahkan kaum belia ke pola hidup konsumtif dan membuat mereka tidak bijak mengelola keuangan.
“Karena itu literasi keuangan sangat penting bagi mereka selain inklusi keuangan, agar mereka bijak dan cerdas mengelola keuangan, berorientasi ke masa depan, terhindar dari kejahatan keuangan, dan bisa jadi agen literasi di masyarakat,” jelas Friderica.
Baca juga: Friderica OJK: Pelajar dan Mahasiswa Nggak Usah FOMO, YOLO, dan FOPO
Belakangan muncul fenomena sosial lain di kalangan generasi milenial dan Gen Z yang juga dipengaruhi oleh dunia digital.
Yaitu, doom spending atau sikap impulsif dalam berbelanja tanpa mempertimbangkan penting atau tidaknya suatu barang untuk dibeli.
Kemudian fenomena instant gratification atau perilaku untuk segera mendapatkan apa yang diinginkan, tanpa berusaha melakukan penundaan.
“Perilaku tersebut seharusnya diimbangi dengan delayed gratification, yaitu menunda pemenuhan kesenangan saat ini demi masa depan yang lebih baik,” ujar Friderica.
Karena itu penting juga bagi kaum muda, bahkan semua orang, untuk mampu membedakan antara need (kebutuhan) and want (keinginan), sehingga terhindar dari pola hidup konsumtif dan lebih fokus berinvestasi.
Dapatkan Informasi Menarik Lainnya di GOOGLE NEWS