Ekspansi Sour Sally bukan hanya sekadar bisnis, tetapi juga mencerminkan bagaimana kuliner dapat menjadi alat diplomasi. Konsep gastrodiplomasi, di mana makanan digunakan untuk mempererat hubungan antarnegara, semakin terbukti efektif dalam memperkenalkan Indonesia ke dunia internasional.
Baca Juga: UMKM Jadi Sektor Andalan, Aloshop Siap Dukung UMKM Go Global dengan Strategi Jitu
Menekraf Riefky menegaskan bahwa kesuksesan Sour Sally adalah contoh nyata bagaimana ekonomi kreatif dapat menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi nasional.
“Kami yakin pelaku ekonomi kreatif Indonesia mampu bersaing di kancah global dengan strategi yang tepat dan dukungan pemerintah, serta mencapai target 8 persen pertumbuhan ekonomi nasional,” tambahnya.
Ketua HIPMI Culinary Indonesia, Cikhita Virginia Sebayang, juga memberikan apresiasi terhadap pencapaian Sour Sally. Ia menilai keberhasilan ini menunjukkan potensi besar industri kuliner Indonesia untuk bersaing di pasar internasional.
“Kita harus meningkatkan ekspansi bisnis ke luar negeri dan memastikan industri F&B mendapat dukungan untuk bersaing di kancah internasional,” ujarnya.
Baca Juga: BNI Jejak Kopi Khatulistiwa Dukung Kopi Garut Swasembada Pangan dan Go Global
Peluang ekspansi produk halal Indonesia masih sangat terbuka. Sekretaris Utama BPJPH, Muhammad Aqil Irham, menyoroti potensi besar industri makanan halal global yang mencapai 3 triliun dolar AS.
“Indonesia baru mendapat bagian 13,38 miliar dolar AS dari pasar halal dunia. Jadi, kuenya masih besar untuk Indonesia bisa ekspor produk halalnya ke negara anggota OKI,” jelasnya.