Sebelumnya saat meneken kesepakatan pembelian lahan seluas 108 ha di Subang Smartpolitan, Presiden Direktur BYD Motor Indonesia Eagle Zhao menyatakan, pihaknya memilih Subang Smartpolitan sebagai lokasi pembangunan pabrik BYD di Indonesia, karena kawasan industri itu memenuhi kriteria dari segi luas, jarak, lingkungan, dan ketersediaan infrastruktur yang dibutuhkan. Dari sisi akses misalnya, Subang Smartpolitan mudah diakses melalui jalan tol Cipali di KM 89 yang sedang dibangun.
Faktor keempat yang membuat banyak investor tertarik membeli lahan di Subang Smartpolitan, UMR pekerja di Subang lebih rendah dibanding di Karawang dan Bekasi. Faktor kelima, kondisi tanah di Subang Metropolitan sudah stabil untuk bangunan besar seperti pabrik. Dengan aneka kelebihan itu, Abed sangat optimis dengan prospek Subang Smartpolitan. “Saat ini banyak investor lain yang mau masuk ke Subang Smartpolitan. Umumnya dari Tiongkok. Jadi, kalau dulu FDI (foreign direct investment) itu Jepang, sekarang eranya Tiongkok,” ungkap Abed.
Subang Smartpolitan dikembangkan sebagai green, smart, and sustainable city. Untuk itu Suryacipta menyediakan semua infrastruktur pendukungnya, seperti jaringan fiber optik, sistem pengolahan air bersih dan kotor, sumber energi bersih, teknologi pintar, sistem sensor, dan lain-lain yang bertujuan mempermudah dan mengefisienkan pengelolaan kawasan dan operasional bisnis tenant (investor).
“Ada command centre yang memantau semua aktivitas di kawasan Subang Metropolitan dengan dukungan smart technology. Ibaratnya kalau ada pipa air yang bocor, kita bisa langsung tahu dan segera memperbaikinya. Nggak perlu cari sana sini di mana bocornya kayak dulu. Cepat dan efisien,” kata Binawati Dewi, Head of Sales & Tenant Relations Subang Smartpolitan yang mendampingi Abednego berbicara kepada pers.