Makin kecil nilai ICOR, makin efisien sebuah perekonomian. ICOR yang ideal berada di kisaran 3-4. Itu berarti untuk menghasilkan 1 persen pertumbuhan ekonomi, dibutuhkan 3-4 persen tambahan investasi.
Dalam kasus Indonesia dengan ICOR 6,33 (BPS 2023), untuk menghasilkan 1 persen pertumbuhan ekonomi, diperlukan tambahan investasi sebesar lebih dari 6 kali.
Tingginya angka ICOR Indonesia dipengaruhi oleh faktor internal seperti suku bunga tinggi, harga lahan yang mahal, korupsi, regulasi dan birokrasi yang tidak mendukung, keterampilan tenaga kerja yang rendah, dan biaya logistik yang mahal.
Saat ini investasi di Indonesia mencapai 30 persen dari Produk Domestik Bruto. Namun, karena nilai ICOR 6, pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai dengan investasi sebesar itu stagnan di 5 persen (30:6) atau kurang.
“Sekarang investasi kita 30 persen dari PDB. Tapi karena ICOR 6, pertumbuhan ekonomi kita hanya lima persen. Kalau kita bisa tekan ICOR jadi 4, investasi 32 persen, pertumbuhan ekonomi kita bisa 8 persen (32:4),” kata Airlangga.
Baca juga: Menko Airlangga: 3 Mesin Ini Harus Dipacu Agar Ekonomi Tumbuh Lebih Tinggi
Ia menyebutkan, ICOR yang tinggi itu karena masih kurangnya infrastruktur pendukung. Contoh, bendungan utama sudah terbangun untuk mendukung peningkatan produksi pangan, tapi saluran primer, sekunder, dan tersier belum tersambung sehingga para petani belum bisa optimal mengairi lahannya.
Artinya, produksi pangan tidak naik meskipun sudah ada investasi besar dalam membangun bendungan. Contoh lain dari Airlangga, Pelabuhan Patimban di Subang belum tersambung jalan tolnya.