Ardi mengisahkan, mulanya ia memanfaatkan kulit ikan ayam-ayam dan kulit ikan buntal dalam usahanya. Namun seiring berjalannya waktu, trennya menurun dan bahan baku sulit didapat.
Hingga akhirnya beralih ke kulit ikan pari karena melihat jumlahnya yang melimpah di Rembang dan hanya sedikit bahkan belum ada yang memanfaatkannya.
Baca Juga: BCA Syariah Gelar Pelatihan UMKM WEpreneur 2
“Setahu saya, di Rembang ini hanya saya yang usaha dari kulit ikan pari. Dulu memang sempat ada satu, tapi sekarang sudah jarang terdengar. Karena untuk mengolah kulit ikan pari ini bisa dibilang cukup rumit ya.” katanya.
Menurutnya, mengolah kulit ikan pari menjadi produk kerajinan tangan perlu keterampilan khusus dan kesabaran karena prosesnya panjang sampai 15 hari, mulai menyamak sampai menghasilkan lembaran kulit crusting.
Kesulitan lain yang dihadapi Ardi adalah pada pemasaran produk, mengingat peminat produknya berasal dari kalangan menengah ke atas. Produknya yang berbahan kulit ikan pari juga diakui kekuatannya sehingga awet.
Ardi bersyukur dapat bergabung di RB Rembang pada 2020. Selain menitipkan produk, dia juga mendapat berbagai pelatihan, mulai dari online marketing, manajerial, hingga diikutsertakan dalam pameran-pameran.
Produknya juga masuk dalam program Hampers Berkah UKM Rembang setiap menjelang Idul Fitri. Bagi Ardi, RB Rembang seperti energi yang memacu semangatnya untuk memajukan usaha dan memberikan manfaat bagi orang di sekitarnya.
Pada 2015 itu rata-rata omzet yang diperoleh Ardi masih di angka Rp7 juta per bulan. Itu terbilang masih kecil. Akhirnya semua dikerjakan sendiri dengan dibantu istri karena belum bisa membayar karyawan.