URBANCITY.CO.ID – Bank Indonesia (BI) melaporkan, pada akhir perdagangan Kamis, 7 November 2024, nilai tukar rupiah ditutup pada level (bid) Rp15.730 per dolar AS (USD).
Pada saat bersamaan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun naik ke level 6,75 persen, indeks USD atau DXY menguat ke level 104,51, dan yield surat utang pemerintah AS atau US Treasury Note tenor 10 tahun turun ke level 4,326 persen.
DXY atau Indeks Dolar adalah indeks yang menunjukkan pergerakan dolar AS terhadap 6 mata uang negara utama lainnya: EUR (Euro), JPY (Yen), GBP (Poundsterling), CAD (dolar Kanada), SEK (Krona Swedia), CHF (Franc Swiss).
Mengutip keterangan BI, Jum’at (8/11/2024), pada pagi Jumat, 8 November 2024, rupiah dibuka pada level (bid) Rp15.605 per USD, menguat Rp125 dibanding penutupan sehari sebelumnya. Sementara yield SBN 10 tahun turun ke level 6,66 persen.
Sementara pada penutupan perdagangan, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 15.672 per USD. Menguat 0,43 persen dibanding penutupan perdagangan sehari sebelumnya.
Keputusan bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) kembali menurunkan bunga acuan 25 bps pada 7 November 2024 waktu AS, dan peningkatan cadangan devisa Indonesia menjadi USD151,2 miliar, tertinggi sepanjang sejarah, disebut para analis sebagai faktor yang menguatkan rupiah.
Kendati demikian, nilai tukar rupiah 8 November 2024 itu, belum kembali ke level di bawah Rp15.500 seperti pada pekan ketiga September 2024.
Saat itu nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Jum’at, 20 September 2024, tercatat Rp15.150. Tertinggi dalam 14 bulan terakhir.