“Kita bukan lagi hanya sekadar bank yang berjualan KPR (kredit pemilikan rumah), tetapi menawarkan package produk yang holistik, sehingga operasional kantor cabang pun kita transformasi menjadi lebih terfokus, baik itu ke portofolio (pembiayaan) maupun ke transaksi. Sebelum mencapai ke sana, kita bereskan dahulu collection-nya,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Risk Management BTN Setiyo Wibowo mengatakan, saat ini merupakan waktu yang tepat bagi perseroan untuk melakukan improvement collection karena situasi makroekonomi dan kinerja bisnis yang relatif terjaga dengan baik.
“Saat ini adalah waktu yang baik untuk memperbaiki “rumah” atau infrastruktur kita, setiap bocor kita perbaiki saat hujan dan badai sudah mulai reda. Tahun ini pressure suku bunga sudah turun dan cost of fund (biaya dana) melandai. Tujuan akhir kita adalah mengurangi biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) karena setiap tahun kita keluar biaya cukup besar untuk itu. Kalau itu bisa diperbaiki, kita bisa gunakan biayanya untuk meng-generate revenue dan meningkatkan profitabilitas,” jelas Setiyo.
Setiyo menambahkan, dengan adanya sekitar 2.000 staf dan tenaga collection di seluruh Indonesia, BTN berkomitmen untuk melakukan improvement pada proses bisnis collection dengan benchmarking bank-bank top internasional. Salah satu yang menonjol dari best practice di tingkat global adalah penerapan teknologi otomasi (automation) untuk berbagai bidang, termasuk collection, contohnya penggunaan chat bot atau mesin percakapan otomatis untuk proses penagihan kepada debitur.