BTN mencoba menggenjot pendapatan bukan bunga. Pendapatan komisi misalnya, naik 7,96 persen menjadi Rp989,15 miliar, pendapatan lainnya meningkat 35,99 persen menjadi Rp891,70 miliar.
Sementara biaya provisi bisa ditekan sampai 49,09 persen menjadi Rp1,31 triliun. Namun, semua itu belum memadai untuk mendongkrak laba operasional Agustus 2024 yang tetap turun 8,65 persen menjadi Rp2,29 triliun.
Total kredit dan pembiayaan syariah BTN meningkat 13,05 persen yoy menjadi Rp355,26 triliun pada Agustus 2024, lebih rendah dibanding peningkatan Juli yang mencapai 14,39 persen yoy.
Baca juga: Kredit dan Pembiayaan BTN Tembus Rp352 Triliun
Peningkatan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) BTN juga menurun. Pada Agustus DPK tumbuh 16,49 persen yoy menjadi Rp373,88 triliun, dibanding 17,54 persen pada Juli 2024 yoy.
Yang tumbuh tinggi DPK berupa deposito sebesar 25,04 persen menjadi Rp192,89 triliun. Sedangkan DPK tabungan dan giro yang merupakan dana murah atau CASA (current account saving account), hanya tumbuh 3,94 persen dan 12,69 persen menadi Rp39,54 triliun dan Rp141,43 triliun.
Alhasil, penghimpunan CASA BTN hanya tumbuh 8,58 persen menjadi Rp180,98 triliun, sehingga rasio dana murah atau CASA terhadap total DPK menyusut yoy dari 51,93 persen menjadi 48,41 persen pada Agustus 2024.
Pemangkasan BI Rate menjadi 6 persen pekan lalu berpotensi membuat kinerja BTN moncer lagi, juga kinerja perbankan secara keseluruhan. Hal itu dibenarkan Dian.
Pasalnya pemangkasan bunga acuan yang diikuti dengan penguatan nilai tukar rupiah itu, akan mendorong penurunan bunga simpanan yang selanjutnya menggairahkan penyaluran kredit.