URBANCITY.CO.ID – Bank Indonesia (BI) dalam laporan teranyarnya yang dirilis pekan lalu, menyebut pertumbuhan kredit pada Agustus 2024 tetap kuat, mencapai 11,40 persen secara tahunan (yoy). Penyaluran kredit.
Perkembangan itu ditopang sisi penawaran dengan minat penyaluran kredit yang terjaga, pendanaan yang memadai, realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan, dan dukungan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) Bank Indonesia.
Insentif likuiditas diberikan BI terhadap penyaluran kredit oleh perbankan ke sektor-sektor prioritas yang berdampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi dabn penciptaan lapangan kerja.
Yaitu, hilirisasi minerba dan pangan, UMKM, otomotif, perdagangan dan listrik, gas dan air (LGA), serta pariwisata dan rkonomi kreatif.
Hingga minggu kedua September 2024, BI telah menyalurkan insentif KLM senilai Rp256,1 triliun. Terbesar ke kelompok bank BUMN Rp118,6 triliun, diikuti bank swasta Rp110,5 triliun, BPD Rp24,4 triliun, dan bank asing Rp2,6 triliun.
Pertumbuhan kredit 11,40 persen pada Agustus 2024 itu juga didukung sisi permintaan yang tetap baik dari korporasi, terutama korporasi di sektor padat modal.
Sedangkan permintaan kredit korporasi di sektor padat karya perlu terus ditingkatkan alias masih rendah. Sementara permintaan kredit rumah tangga terjaga, terutama pada sektor properti (KPR).
“Secara sektoral, pertumbuhan kredit pada mayoritas sektor ekonomi tetap kuat, terutama pada sektor industri, LGA, dan pengangkutan,” tulis keterangan BI.
Kredit investasi tercatat tumbuh paling tinggi, 13,08 persen, disusul kredit konsumsi 10,83 persen, dan kredit modal kerja 10,75 persen yang menunjukkan banyak korporasi belum berekspansi.