Asal Usul Desa Sedari, Warisan Syekh Kudus Janapura dan Putrinya Dewi Sundari

URBANCITY.CO.ID — Di pesisir utara Karawang, terdapat sebuah desa bernama Sedari yang menyimpan sejarah panjang.

Kepala Desa Sedari, Bisri Mustopa, menuturkan bahwa asal-usul nama desa ini erat kaitannya dengan sosok Dewi Sundari, putri dari tokoh penyebar agama Islam di wilayah tersebut, Syekh Kudus Janapura.

Menurut Bisri, Syekh Kudus Janapura adalah murid dari Sunan Gunung Jati yang juga tercatat sebagai menantu Prabu Brawijaya, Raja Majapahit.

Pada masa itu, Majapahit tengah dilanda konflik internal. Raden Patah, putra Prabu Brawijaya, mendesak ayahnya untuk memeluk Islam, namun sang raja menolak.

“Melihat suasana saat itu, Syekh Kudus Janapura meminta izin kepada gurunya, Sunan Gunung Jati, untuk menyadarkan diri sekaligus menyebarkan agama Islam dengan pergi ke arah barat,” jelas Bisri.

Syekh Kudus Janapura kemudian melakukan perjalanan bersama sahabatnya, Ki Geden Pakuyono, hingga sampai di pesisir pantai utara yang saat itu masih berupa hutan dan dikenal dengan nama Tanjung Suwung.

Setelah menetap di sana, keluarga dan kerabatnya mulai berdatangan, termasuk kedua putrinya, Dewi Sundari dan Dewi Andidari. Kehadiran mereka membuat Tanjung Suwung berkembang menjadi sebuah pedukuhan.

“Pada tahun 1532 M, Dewi Sundari menikah dengan Raden Imanillah. Pernikahan itu bahkan dihadiri tokoh besar dari Cirebon dan Demak, seperti Raden Patah, Syekh Maulana Maghribi, Syekh Bentong, hingga Sunan Kalijaga beserta murid-muridnya,” tutur Bisri.

Beberapa bulan setelah pernikahan, Dewi Sundari diboyong suaminya ke Kudus. Kepergiannya membuat warga pedukuhan merasa kehilangan.

Dari situlah kemudian Syekh Kudus Janapura mengabadikan nama putrinya dengan mengganti nama Tanjung Suwung menjadi Tanjung Sundari.

“Sebagai bentuk rasa cinta kepada putrinya, wilayah ini dinamakan pendukuhan Dewi Sundari. Lama-kelamaan, sebutan itu berubah menjadi Sedari seperti yang kita kenal sekarang,” jelas Bisri.

Seiring waktu, Tanjung Sundari berubah menjadi Tanjung Sadari, dan pada tahun 1967 resmi menjadi Desa Sedari.

Kini, menurut Bisri, Desa Sedari yang memiliki luas sekitar 3.889 hektare dengan jumlah penduduk sekitar 5.800 jiwa, terus berkembang bukan hanya sebagai kawasan bersejarah, tetapi juga sebagai desa wisata dengan berbagai daya tarik: pantai, mangrove, wisata sungai, hingga religi.

“Nama Sedari bukan sekadar sebutan, tetapi jejak panjang sejarah penyebaran Islam dan bukti cinta seorang ayah kepada putrinya,” pungkas Bisri. [Sulton]

Related Posts

Add New Playlist

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?