URBANCITY.CO.ID – Berbeda dengan lima tahun lalu, sekarang kebanyakan (sekitar 56%) konsumen apartemen baru adalah end user yang membelinya untuk dihuni sendiri.
Tinggal 44% yang membeli apartemen dengan tujuan investasi, dijual lagi dan/atau disewakan setelah jadi guna mendapatkan capital gain dan yield. Berkebalikan dengan dulu, sebagian besar (70%) pembeli apartemen adalah investor, end user hanya 30%.
“Selama 5-6 tahun terakhir jumlah investor merosot karena mereka merasa tidak untung membeli apartemen, baik dari gain (surplus dari kenaikan harga jual) maupun yield (hasil penyewaan),” kata Ferry Salanto, Associate Director Research Colliers Indonesia, saat memaparkan Q4-2023 Colliers Quarterly-Jakarta versi Colliers Indonesia beberapa waktu lalu.
Pasar apartemen di Jakarta melemah 6-7 tahun terakhir karena kelebihan pasok. Penjualannya terus menurun sejak tahun 2015.
Selama 2021-2023 penjualannya bahkan hanya sekitar 1.000-an unit per tahun. Penjualan apartemen seret, peluncuran proyek baru pun minim.
Tahun lalu misalnya, hanya ada 2-3 proyek baru yang dilansir dengan jumlah unit terbatas. Bahkan sebagian proyek berjalan ditunda pengembangannya selama pandemi. Harga apartemen pun stagnan.
Baca juga: Bandara City Tawarkan Apartemen Siap Huni Dekat Bandara
Setelah pandemi baru developer melanjutkan pengembangan dan pemasaran proyek berjalan. Harganya tetap stagnan dan pengembang menawarkan banyak promo untuk memikat pasar.
Karena sekarang kebanyakan konsumennya end user, apartemen siap huni (ready stock) lebih diminati ketimbang apartemen dalam proses kontruksi.