Anne menjelaskan, efisiensi kereta api dapat dilihat dari kapasitas angkutnya yang besar. Sekali jalan, 1 rangkaian kereta jarak jauh terdiri dari 8 hingga 14 kereta penumpang dengan kapasitas hingga 1.120 tempat duduk.
Bandingkan dengan mobil pribadi berkapasitas 7 orang atau motor berkapasitas 2 orang, 1 perjalanan kereta api dapat menggantikan 160 mobil atau 560 motor.
Contoh lain, perjalanan 1 rangkaian commuter line terdiri atas 8 hingga 12 kereta dengan kapasitas maksimal 3.000 penumpang. Satu rangkaian kereta komuter itu mampu menggantikan penggunaan 428 mobil pribadi dan 1.500 motor.
Anne mengutip data Kementerian Perhubungan yang menyebutkan, emisi yang dihasilkan kereta api juga jauh lebih kecil dibanding mobil atau pesawat. Dalam 200 mil perjalanan, emisi yang dihasilkan mobil atau pesawat 5 kali lipat emisi kereta api.
Berdasarkan penelitian Departemen Bisnis, Energi, dan Strategi Industri Inggris via Our World in Data, emisi setara CO2 per penumpang per km pada kereta mencapai 41 gram, sedangkan pada sepeda motor 103 gram, dan mobil 192 gram.
Dengan demikian, perjalanan kereta api dengan 1.120 penumpang hanya menghasilkan 45.920 gram CO2 per km, jauh lebih rendah dibanding motor sebanyak 115.360 gram CO2, dan mobil 215.040 gram CO2.
Baca juga: Belum 1 Tahun Beroperasi, LRT Jabodebek Sudah Angkut 10 Juta Orang
Anne menyatakan, dengan makin banyaknya masyarakat yang beralih ke transportasi kereta api, makin besar pula peranan moda kereta api dalam mengurangi emisi CO2.
“Setiap hari penggunaan kereta api mengurangi sekitar 2.141 ton CO2, dan dalam setahun pengurangannya mencapai 780.528 ton CO2. Dampaknya sangat besar menjadikan kualitas udara di Jabodetabek lebih bersih dan sehat,” tutup Anne.