URBANCITY.CO.ID – Uang muka adalah salah satu kendala berat kebanyakan orang membeli rumah. Untuk rumah seharga Rp200 juta saja, kalau developer mensyaratkan depe 10%, nilainya sudah Rp20 juta. Ditambah biaya kredit rumah 5% dan BPHTB 5%, menjadi sekitar Rp35 juta. Berat bagi kalangan muda pembeli rumah pertama menyediakan dana tunai sebesar itu.
Felicia Mathelda Simon, mantan mortgage banker sebuah bank swsata besar, mengakui hal itu. Ia sendiri mengalaminya. “Saat awal-awal bekerja dan ingin membeli rumah, ada saja kendalanya. Salah satunya uang mukanya nggak cukup,” katanya dalam acara media luncheon Citra Swarna Group di Jakarta beberapa hari lalu.
Banyak tips disampaikan orang agar kita bisa mengumpulkan uang muka rumah. Intinya bagaimana kita bisa mengatur penghasilan secara seksama, sehingga sejak dini bisa menyisihkan sebagian penghasilan itu untuk uang muka rumah.
Masalah, kebanyakan orang tidak bisa disiplin melakukan hal itu. Keinginan kerap mengalahkan kebutuhan, sehingga ada saja yang ingin dibeli dan upaya mengumpulkan uang muka rumah pun tidak pernah berhasil.
Karena itu strategi menabung uang muka rumah perlu diubah. Kalau biasanya kita menabung sisa pendapatan setiap bulan, kini dibalik. Menabung dulu, misalnya 10–20 persen dari penghasilan, baru menggunakan sisanya untuk pengeluaran rutin.
Baca juga: Bos BTN: Skema KPR 35 Tahun Permudah Gen Z Miliki Hunian
Agar disiplin melakukannya, manfaatkan produk tabungan uang muka rumah yang ditawarkan bank. Dengan produk itu, sekian persen dari gaji kamu langsung didebit ke rekening tabungan tersebut. Produk tabungan itu memaksa kamu disiplin menabung sehingga depe rumah pun cepat tersedia.