URBANCITY.CO.ID – Dwi Hartono, seorang motivator dan pengusaha bimbingan belajar, kembali terlibat dalam kasus kriminal. Kali ini, ia diduga menjadi otak di balik penculikan dan pembunuhan Kepala Cabang Pembantu (KCP) bank BUMN, Mohamad Ilham Pradipta, yang berusia 37 tahun.
Pengungkapan ini disampaikan oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, pada Selasa, 26 Agustus 2025.
Meskipun demikian, polisi masih menyelidiki motif di balik kasus ini. Ade menjelaskan bahwa pihaknya melakukan penyelidikan dengan hati-hati dan sesuai prosedur untuk mengungkap kasus ini secara tuntas.
Hingga saat ini, polisi telah menetapkan 15 orang sebagai tersangka yang diduga terlibat dalam penculikan dan pembunuhan Mohamad Ilham.
Dwi Hartono bukanlah nama baru dalam dunia kriminal. Pada tahun 2012, ia pernah terlibat dalam kasus pemalsuan ijazah dan nilai palsu untuk sejumlah mahasiswa di Fakultas Kedokteran Unissula Semarang.
Saat itu, Dwi ditetapkan sebagai tersangka oleh Kepolisian Resor Kota Besar Semarang. Ia masih tercatat sebagai mahasiswa di Fakultas Kedokteran Unissula angkatan 2004.
Dwi menyebarkan brosur bimbingan belajar dengan nama “Smart Solution” yang menawarkan jaminan diterima di jurusan kedokteran, kebidanan, keperawatan, farmasi, dan akuntansi. Ia mengubah nilai dan ijazah calon mahasiswa dari jurusan IPS menjadi IPA, dan menerima uang antara Rp 5 juta hingga Rp 10 juta dari setiap pendaftar.
Jaksa penuntut umum menuntut Dwi dengan pelanggaran Pasal 263 ayat (1) KUHP junto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dan dakwaan sekunder Pasal 263 ayat (2) tentang Pemalsuan Surat serta Pembuatan Dokumen Palsu.
Namun, Majelis Hakim menjatuhkan vonis lebih ringan, yaitu enam bulan penjara, lebih rendah dari tuntutan jaksa yang satu tahun. Hakim mempertimbangkan pengakuan dan penyesalan Dwi, serta statusnya sebagai tulang punggung keluarga.
Pada Sabtu, 23 Agustus 2025, Dwi ditangkap oleh tim gabungan Polda Metro Jaya bersama dua tersangka lainnya, YJ dan AA, di Solo, Jawa Tengah.
Penangkapan ini berlangsung tanpa perlawanan. Setelah ditangkap, Dwi ditetapkan sebagai tersangka bersama 14 orang lainnya yang sudah lebih dulu diringkus.
Kasus ini terungkap ketika jasad Mohamad Ilham Pradipta ditemukan oleh seorang pengembala sapi. Korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan, dengan kaki dan tangan terikat serta mata tertutup lakban, dan tubuhnya penuh luka lebam. Warga melaporkan penemuan ini kepada perangkat desa dan aparat kepolisian.
Penyelidikan menunjukkan bahwa sebelum meninggal, Ilham diculik dari sebuah supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur.
Hal ini terungkap melalui rekaman CCTV yang menunjukkan Ilham mengenakan kemeja batik cokelat dan celana panjang krem.
Dalam rekaman tersebut, Ilham terlihat berjalan menuju mobilnya, namun sebelum masuk, beberapa orang keluar dari mobil yang terparkir di sebelahnya dan memaksanya masuk ke dalam mobil berwarna putih. Meskipun Ilham melawan, ia tidak berhasil.