Tren yang berkembang mencakup desain minimalis dan penggunaan teknologi seperti 3D printing, yang memungkinkan produsen menciptakan perhiasan mewah dengan bobot lebih ringan.
Baca Juga: Survei Integritas 2024: Kemenperin Raih Peringkat ke-6 dalam, Naik 8,37 Poin
“Perhiasan tidak lagi hanya digunakan dalam acara perayaan tertentu, tetapi juga telah menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari. Oleh sebab itu, desain perhiasan terus berkembang, mengikuti permintaan pasar yang mengarah pada desain yang lebih minimalis, fungsional, dan elegan,” lanjutnya.
Reni menegaskan bahwa industri perhiasan memiliki potensi pasar yang besar, didukung oleh kreativitas para perajin. Kemenperin berkomitmen untuk mendukung kolaborasi antara pelaku industri kecil dan menengah (IKM), desainer lokal, akademisi, serta pemangku kepentingan lainnya.
Salah satu langkah strategis yang diambil adalah mendukung pameran dagang perhiasan internasional, Jakarta International Jewellery Fair (JIJF) 2025, yang berlangsung dari 27 Februari hingga 2 Maret 2025 di Jakarta International Convention Center.
“Pameran ini menjadi kesempatan bagi para pelaku industri untuk memperkenalkan produk terbaru, menjalin kerja sama bisnis, serta bertukar informasi terkait tren dan inovasi,” kata Reni.
Ia juga mengapresiasi peran Asosiasi Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (APEPI) yang memfasilitasi delapan pelaku IKM untuk berpartisipasi dalam pameran tersebut.
Baca Juga: 100 Hari Pemerintahan Prabowo, Kemenperin Klaim Kondisi Industri Membaik