URBANCITY.CO.ID – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan, di bawah Presiden Donald Trump, perekonomian Amerika Serikat akan lebih berorientasi domestik (inward looking policy). Trump akan fokus mendorong pertumbuhan ekonomi AS.
Caranya, antara lain dengan memberikan pemotongan pajak (tax cut) kepada penduduk dan pengusaha (korporasi) AS. Penduduk AS kemungkinan menerima tax cut sekitar 3 persen, sedangkan korporasi sekitar 21 persen.
Sementara ke luar, Trump akan mengenakan bea masuk yang tinggi, sekitar 25 persen, terhadap sejumlah produk impor dari negara-negara yang selama ini mencatat surplus perdagangan yang besar dengan AS, seperti China, Inggris, Uni Eropa, Meksiko, dan Vietnam.
Analisis itu dinyatakan Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan (RDGB) BI di Jakarta, Rabu (20/11/2024).
Perry menjelaskan, fragmentasi perdagangan yang diterapkan AS itu akan membuat pertumbuhan ekonomi negara-negara yang terkena kebijakan tersebut melambat.
“Ekonomi China yang sudah melambat, kemungkinan makin melambat. Ekonomi Uni Eropa yang sedang naik, kemungkinan tidak jadi naik. Semua itu menyebabkan meningkatnya perlambatan ekonomi dunia,” ungkapnya.
Dampak lebih jauh, ekonomi negara-negara berkembang, terutama yang berorientasi ekspor juga akan melemah. Indonesia misalnya, sebagian besar ekspornya ke Tiongkok, kemudian AS dan Jepang.
Perry menyebutkan, kalau semula BI meramalkan pertumbuhan ekonomi global akan mencapai 3,2 persen tahun depan, karena kebijakan fragmentasi perdagangan itu pertumbuhannya mungkin akan lebih rendah.