Taufiek menegaskan bahwa kinerja industri kimia akan berkontribusi signifikan terhadap target pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen dalam lima tahun ke depan.
Baca Juga: Industri Manufaktur Bikin Ekspor Indonesia Surplus
“Untuk mencapai sasaran tersebut, sektor IKFT yang termasuk di dalamnya ada peran industri kimia, akan memberikan kontribusi nilai tambah sebesar Rp46,09 triliun pada tahun 2029,” sebutnya.
Direktur Legal, Hubungan Eksternal, dan Ekonomi Sirkular PT Chandra Asri Pacific Tbk, Edi Rivai, menegaskan komitmen perusahaan dalam mendukung pengembangan industri petrokimia dan kimia di Indonesia. “Chandra Asri Group adalah perusahaan solusi energi, kimia dan infrastruktur terkemuka di Asia Tenggara,” jelasnya.
Saat ini, Chandra Asri Group mengoperasikan kompleks petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia, termasuk pabrik Naphtha Cracker, Styrene Monomer, Butadiene, MTBE, dan Butene-1.
“Chandra Asri Group melalui PT Chandra Asri Alkali (CAA) tengah membangun Pabrik CA-EDC berskala dunia dengan harapan dapat menunjang percepatan pertumbuhan industri hilir nasional,” papar Edi.
Baca Juga: Pelaku Industri Belum Cukup Optimis dengan Usahanya
Pada tahun 2024, CAA telah merealisasikan investasi sebesar Rp1,26 triliun untuk pembangunan Pabrik CA-EDC, dengan total rencana investasi mencapai Rp15 triliun. Proyek ini termasuk dalam Proyek Strategis Nasional RPJMN 2025 – 2029 sesuai Perpres No.12/2025.
“Dalam proyeksi 20 tahun ke depan, terhitung sejak kuartal pertama tahun 2027 saat CAA mulai beroperasi penuh, produk soda kostik yang diimpor akan disubstitusi domestik sebesar 827 ribu ton liquid per tahun atau nilainya setara Rp4,9 triliun per tahun,” sebut Edi.