URBANCITY.CO.ID – Pasar properti di Bali tengah mengalami lonjakan yang mengesankan. Sejak pandemi berakhir, investasi asing ke Pulau Dewata meningkat pesat. Tercatat lonjakannya mencapai hingga 85% dalam minat investor asing, dengan total suntikan modal mencapai USD 764 juta. Menariknya, sebagian besar mengalir ke pembangunan vila-vila premium. Saat ini, mayoritas inventori proyek hunian eksklusif di Bali dikuasai oleh pengembang asing.
Namun, di balik angka-angka pertumbuhan yang menggembirakan ini, terdapat celah besar yang belum terisi: tingginya minat dari investor lokal yang masih kesulitan menemukan opsi terpercaya dan berkualitas dari developer Indonesia. Banyak investor domestik, meskipun tertarik dengan desain dan kualitas proyek asing, tetap meragukan legalitas, struktur kepemilikan, serta dukungan layanan purna jual.
“Saat ini, minim pilihan untuk investor lokal yang mau berinvestasi di Bali. Saya sendiri sebagai seorang investor, beberapa kali sempat melirik properti premium yang dikembangkan oleh developer asing, namun tidak banyak yang menawarkan kepemilikan Freehold atau SHM, dan ada keraguan apakah pengembang asing ini cukup berkomitmen secara jangka panjang untuk menjaga kelangsungan investasi properti saya. Hal inilah yang mendasari, hadirnya Murino dalam pasar properti butik di Bali,” ungkap Efrat Tio, CEO Murino Group.
Baca Juga : Bali Green Island: PLN Icon Plus Komitment Jadi Motor Penggerak Akselerasi
Karena alasan itu juga Murino Group muncul sebagai butik developer lokal baru yang menawarkan pendekatan berbeda—memadukan desain progresif, fungsi properti yang fleksibel, kualitas pembangunan yang kompetitif, dan yang paling penting: kepercayaan terhadap produk karya anak bangsa.