URBANCITY.CO.ID – Dolar AS begitu perkasa dalam beberapa bulan terakhir, dan makin “strong” menjelang pelantikan Donald Trump sebagai presiden AS pada 20 Januari 2025.
Menurut hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI), 14-15 Januari 2025 yang dipublikasikan Rabu (15/1/2025), divergensi (arah yang berlawanan pada) pertumbuhan ekonomi dunia melebar dan ketidakpastian pasar keuangan global berlanjut.
Perekonomian Amerika Serikat (AS) tumbuh lebih kuat dari prakiraan, didukung oleh stimulus fiskal yang meningkatkan permintaan domestik dan kenaikan investasi di bidang teknologi yang mendorong peningkatan produktivitas.
Sebaliknya ekonomi Eropa, Tiongkok, dan Jepang masih lemah, dipengaruhi oleh menurunnya keyakinan konsumen dan tertahannya produktivitas. Sementara ekonomi India masih tertahan akibat perkembangan sektor manufaktur yang terbatas.
Sejalan dengan itu, prospek pertumbuhan ekonomi dunia 2025 diprakirakan lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya menjadi 3,2 persen.
Namun di sisi lain, arah kebijakan pemerintah AS (di bawah Donald Trump) dan bank sentral AS berpengaruh pada ketidakpastian pasar keuangan global.
Kuatnya ekonomi AS serta dampak kebijakan tarif yang tinggi terhadap produk dari sejumlah mitra dagangnya, menahan proses disinflasi di AS dan berdampak pada menguatnya ekspektasi penurunan Fed Funds Rate/FFR (bunga acuan bank sentral AS) yang lebih terbatas.
Baca juga: Rupiah Makin Payah Hadapi Keperkasaan Dolar AS
Sementara kebijakan fiskal AS yang lebih ekspansif, mendorong imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS atau US Treasury tetap tinggi, baik pada tenor jangka pendek maupun jangka panjang.