Dengan kata lain, daya beli masyarakat stabil pada golongan menengah atas, namun berhati-hati dalam melakukan pengeluaran. Sedangkan golongan bawah, daya belinya menurun yang berpengaruh terhadap penyerapan produk manufaktur.
Tercermin pada tiga subsektor dengan nilai IKI tertinggi (ekspansi). Yaitu, subsektor Industri Alat Angkutan Lainnya, Industri Peralatan Listrik, dan Industri Mesin dan Perlengkapan YTDL yang mayoritas konsumennya adalah perusahaan.
Sedangkan tiga subsektor yang mengalami kontraksi adalah Industri Pengolahan Lainnya, Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik, serta Industri Minuman, yang konsumennya didominasi rumah tangga atau perseorangan.
Febri menjelaskan, berdasarkan identifikasi Tenaga Ahli IKI, kontraksi ketiga subsektor itu terjadi karena pelemahan daya beli konsumen khususnya kelas bawah, relaksasi impor yang menyebabkan banjir produk impor, fluktuasi ekonomi global, perubahan kebijakan pemerintah, dan gangguan rantai pasok.
Selain itu, kontraksi Industri Komputer, Barang Elektronik dan Optik, juga disebabkan oleh penurunan demand luar negeri akibat persaingan yang ketat di pasar domestik asing, permasalahan supply chain, serta isu relokasi pabrik elektronika dari RRT ke Indonesia, selain karena kondisi di dalam negeri juga belum stabil.
Sedangkan untuk industri minuman, faktor musiman mempengaruhi kontraksi sektor tersebut. Karenanya, Tenaga Ahli IKI mengingatkan, perekonomian global tahun ini diperkirakan menghadapi tantangan yang tidak mudah.