URBANCITY.CO.ID – Tren tinggal di hunian vertikal (high rise building) diprediksi kian menguat seiring kegandrungan konsumen kepada tempat tinggal terintegrasi dan berkelanjutan.
Penerapan ESG (environment, social, and governance) atau konsep pembangunan berkelanjutan berbasis lingkungan, sosial, dan tata kelola merupakan tiga pilar penting dalam menilai performa bisnis properti saat ini. Oleh karenanya, sudah menjadi keharusan untuk diaplikasikan.
ESG digunakan sebagai indikator pelaporan aktivitas nofinansial dari suatu produk yang diinvestasikan (pengembangan properti). Dalam beberapa tahun terakhir, penerapan ESG sudah menjadi fokus pengembang properti di Tanah Air seiring dengan tren konsumen yang mengarah kepada produk berkelanjutan.
Adriadi Dimastanto, Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Indonesia mengatakan, pasar terbesar dan potensial dalam sebuah proyek properti adalah Gen Z dan milenial. Segmen ini, kata dia, sangat tertarik dan peduli (aware) terhadap produk properti yang mengedepankan keberlanjutan.
Baca Juga: P3RSI Menolak Keras Pengenaan PPN Terhadap “Service Charge” Apartemen
“Mereka cukup detail dalam melihat fasilitas-fasilitas yang ada di sekitar proyek properti seperti ruang terbuka hijau, ruang interaksi, sarana olahraga untuk jogging dan lainnya,” kata Adriadi Dimastanto.
Menurut dia, saat ini pengembang properti sudah sangat concern dengan apa yang diinginkan masyarakat terkait kebutuhan tempat tinggal yang berkelanjutan.
Adriadi menambahkan, saat ini penerapan prinsip ESG bermanfaat untuk nilai investasi. “Dalam pengembangan properti berprinsip ESG, selain memberikan kelestarian lingkungan dan tata kelola yang baik, juga memberikan manfaat ekonomi,” tuturnya.