URBANCITY.CO.ID – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan (PP) atau multifinance tetap meningkat, namun pertumbuhannya melambat.
Pada Juli 2024 outstanding kredit perusahaan pembiayaan tumbuh 10,53 persen secara tahunan (yoy), dibanding 10,72 persen pada Juni 2024 (yoy), menjadi Rp494,10 triliun.
“Pertumbuhan kredit itu terutama didukung oleh pembiayaan modal kerja yang meningkat 9,43 persen (yoy) dibanding Juni 2024 yang tercatat 11,46 persen (yoy),” kata OJK melalui keterangan tertulis pekan lalu.
Profil risiko perusahaan pembiayaan diklaim terjaga dengan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) gross 2,75 persen (Juni 2024: 2,80 persen), dan NPF net 0,84 persen (Juni 2024: 0,87 persen).
“Gearing ratio PP juga turun menjadi 2,40 kali (Juni 2024: 2,44 kali), jauh di bawah batas maksimum 10 kali,” ungkap keterangan OJK.
Sementara pertumbuhan pembiayaan modal ventura masih melanjutkan kontraksi, Juli 2024 minus 10,67 persen yoy (Juni 2024: -10,97 persen yoy), dengan nilai pembiayaan Rp16,18 triliun (Juni 2024: Rp16,22 triliun).
Begitu pula pertumbuhan kredit pinjaman online atau fintech peer to peer (P2P) lending, Juli 2024
tumbuh 23,97 persen yoy dengan nominal Rp69,39 triliun, lebih rendah dibanding pertumbuhan Juni 2024 yang mencapai 26,73 persen yoy.
Tingkat risiko kredit macet secara agregat (TWP90) P2P lending juga terjaga di posisi 2,53 persen, menurun dibanding Juni 2024 yang tercatat 2,79 persen.
Sebaliknya pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) oleh perusahaan pembiayaan, pada Juli 2024 melesat 73,55 persen yoy (Juni 2024: 47,81 persen yoy) menjadi Rp7,81 triliun, dengan NPF gross 2,82 persen (Juni 2024: 3,07 persen).