Caranya dengan memahami terlebih dulu produk dan jasa yang ditawarkan termasuk lembaga yang menawarkan, sebelum menggunakan sebuah layanan keuangan.
“Banyak sekali orang di luar sana yang mengincar untuk menipu kita. Kalau sudah pakai produk dan jasa keuangan yang benar, jangan lagi tergiur produk dan jasa keuangan ilegal. Ibu-ibu harus cerdas mengelola keuangan, harus bisa menjaga diri dan keluarga dari berbagai modus penipuan,” kata Kiki.
Baca juga: Literasi Keuangan Perempuan Lebih Tinggi Dibanding Laki-Laki
Indah menyatakan hal senada. Ia menyatakan, para ibu adalah bendahara keluarga. Karena itu penting bagi ibu-ibu untuk bijak dan cerdas dalam mengelola keuangan rumah tangga dan usaha, dengan memanfaatkan layanan keuangan yang benar.
“Ibu-ibu tetaplah menjadi pejuang ekonomi keluarga, tetaplah membanggakan, dan tetaplah jadi orang yang cerdas, teliti, peduli, peka, dan mengenali penawaran bodong yang too good to be true (terlalu indah untuk dipercaya),” kata Indah.
Begitu pula Destry. Ia menyatakan pentingnya berhati-hati dalam melakukan transaksi keuangan, lebih-lebih secara digital. Di satu sisi transaksi keuangan secara digital sangat memudahkan, di sisi lain juga berisiko tinggi.
“Jadi, ibu-ibu harus selalu peka melakukan transaksi keuangan (digital). Dengan peduli dan tahu benar apa yang dilakukan, juga mengenali untuk apa transaksinya. Kalau ada apa-apa, jangan takut speak up (mengadu) ke nomor-nomor pusat pengaduan,” jelas Destry.
Kegiatan dilanjutkan dengan sesi talk show edukasi keuangan, berupa pengenalan produk Kredit Usaha Rakyat (KUR), Tabungan Emas, serta alat pembayaran digital seperti uang elektronik.