URBANCITY.CO.ID – Dolar AS (USD) begitu perkasa dalam dua bulan terakhir, dan makin “strong” menjelang pelantikan Donald Trump sebagai presiden AS pada 20 Januari 2025.
Menurut hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI), 14-15 Januari 2025 yang dipublikasikan Rabu (15/1/2025), divergensi (arah yang berlawanan pada) pertumbuhan ekonomi dunia melebar, dan ketidakpastian pasar keuangan global berlanjut.
Perekonomian Amerika Serikat (AS) tumbuh lebih kuat dari prakiraan, didukung stimulus fiskal ekspansif yang meningkatkan permintaan domestik, didukung kenaikan investasi dalam teknologi yang mendorong peningkatan produktivitas.
Namun di sisi lain, arah kebijakan pemerintah AS (di bawah Donald Trump) dan bank sentral AS berpengaruh pada ketidakpastian pasar keuangan global.
Kuatnya ekonomi AS serta dampak kebijakan tarif yang tinggi terhadap produk dari sejumlah mitra dagangnya, menahan proses disinflasi di AS dan berdampak pada menguatnya ekspektasi penurunan bunga acuan bank sentral AS Fed Funds Rate (FFR) yang lebih terbatas.
Sementara kebijakan fiskal AS yang ekspansif, mendorong imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS atau US Treasury Note tetap tinggi, baik pada tenor jangka pendek maupun jangka panjang.
Bersamaan dengan ketegangan geopolitik yang meningkat, semua perkembangan itu membuat makin besarnya preferensi investor global memindahkan portofolionya ke AS yang membuat kebanyakan mata uang dunia melemah.
Baca juga: Benar Saja, BI Rate Dipangkas, Rupiah Makin Terpuruk