URBANCITY.CO.ID – Bank Indonesia (BI) melaporkan, Jum’at (22/11/2024), likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Oktober 2024 tercatat Rp9.078,6 triliun, tumbuh 6,7 persen secara tahunan (yoy). Namun, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan September sebesar 7,2 persen (yoy) dan Agustus 7,3 persen (yoy).
Pertumbuhan uang beredar Oktober itu didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 7,1 persen (yoy) dan uang kuasi sebesar 4,2 persen (yoy).
Pada September 2024 pertumbuhan M1 tercatat 6,9 persen (yoy) dan uang kuasi 5,3 persen (yoy), dan pada Agustus 7,0 persen (M1) dan 5,6 persen (uang kuasi).
M2 adalah M1 serta uang kuasi dan surat berharga yang diterbitkan sistem moneter, dan dimiliki swasta domestik dengan sisa jangka waktu (tenor) sampai 1 tahun.
Sementara M1 adalah uang kertas dan logam (uang kartal) yang dipegang masyarakat, termasuk tabungan yang bisa ditarik sewaktu-waktu dan giro rupiah. Sedangkan uang kuasi adalah simpanan berjangka (deposito) dan tabungan lain (rupiah dan valas) serta giro valas.
Menurut BI, perkembangan M2 Oktober 2024 itu terutama dipengaruhi oleh penyaluran kredit dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus).
Pertumbuhan penyaluran kredit stagnan di angka 10,4 persen (yoy) dibanding September, dan merosot dibanding Agustus 2024 sebesar 10,9 persen (yoy) dan Juli 2024 sebesar 11,7 persen (yoy).
Kredit di sini hanya dalam bentuk pinjaman (loans), tidak termasuk instrumen keuangan yang dipersamakan dengan pinjaman seperti surat berharga, tagihan akseptasi, dan tagihan repo.