Mucharom melanjutkan, BNI tidak hanya berupaya untuk menerapkan praktik berkelanjutan, namun juga mendorong penerapan manajemen risiko yang dapat terukur maturitas pengelolaannya.
BNI telah menerapkan penilaian Risk Maturity Index sejak 2021, dan secara periodik dilakukan penyempurnaan, di mana pada tahun 2023 maturitas pengelolaan manajemen risiko berada pada posisi Good Practice Phase.
Mucharom melanjutkan, dalam penerapan prinsip GCG, cyber security juga menjadi salah satu faktor krusial saat ini.
“Untuk itu, kami melakukan peningkatan cyber security yang sejalan dengan global standard practices dan salah satunya adalah BNI yang secara berkelanjutan dievaluasi oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) sejak tahun 2022, dengan hasil level kematangan BNI sebesar 4,81 pada tahun 2024 yang menunjukkan kesiapan dan ketahanan sistem kami untuk menghadapi ancaman cyber security,” papar dia.
Baca Juga: BNI Optimalkan Layanan Digital untuk Permudah Nasabah Manulife Bayar Prem
Sampai dengan Oktober 2024, BNI berhasil membuktikan kekuatan fundamentalnya dalam menghadapi tantangan makroekonomi global yang dipengaruhi oleh tekanan inflasi, fluktuasi nilai tukar, dan suku bunga.
Melalui berbagai langkah antisipatif yang terfokus pada manajemen risiko yang ketat, BNI mampu menjaga kinerja keuangan yang solid, sekaligus memitigasi dampak negatif dari faktor eksternal.
“Kami meyakini bahwa implementasi GCG yang konsisten dan penuh komitmen dari segenap pegawai hingga Senior Leader akan membawa BNI tumbuh secara sehat dan berdampak positif juga terhadap lingkungan, mendapatkan pengakuan dari investor maupun stakeholder lainnya, sehingga BNI akan tetap sustainable dalam jangka panjang,” imbuh dia.