Kemudian, mengalihkan model CAPEX ke model OPEX, dan secara signifikan berkontribusi pada ekonomi Indonesia melalui e-MaaS.
“Bersama dengan PNRE, kami siap merevolusi lanskap EV di Indonesia dan membuka jalan bagi masa depan yang lebih hijau dan sadar lingkunganm,” tegas Setijono.
Penandatanganan Joint Development Agreement antara VKTR dan PNRE merupakan langkah besar untuk mendekarbonisasi transportasi di Indonesia. “Dengan kerjasama ini diharapkan dapat mendukung tujuan besar Indonesia mencapai net Zero Emission 2060,” imbuhnya.
Menurut John, Indonesia telah menetapkan tujuannya untuk mencapai Net Zero Emisi pada tahun 2060, dengan sektor transportasi diidentifikasi sebagai penghasil gas rumah kaca (GHG) terbesar kedua.
Dalam konteks ini, kolaborasi antara VKTR dan Pertamina NRE berupaya mendukung pencapaian target yang ambisius tersebut sebagai upaya untuk mengurangi emisi dari sektor transportasi yang diidentifikasi menyumbang 23% dari total emisi.
Baca Juga: Ulubelu Potret Masa Depan Energi Nasional Berkelanjutan
Investasi infrastruktur transportasi publik saat ini masih mengandalkan dana pemerintah. Namun, e-MaaS menawarkan opsi pembiayaan yang fleksibel untuk operasi dan pemeliharaan bus listrik, sehingga mengurangi beban anggaran pemerintah.
Selain itu, visi e-MaaS ini nantinya tidak hanya tentang kendaraan, tetapi juga akan berkembang pada pengembangan infrastruktur.
Seperti stasiun pengisian daya (charging station) dan sumber energi terbarukan, dan hal krusial lainnya untuk memelihara ekosistem transportasi yang berkelanjutan.