URBANCITY.CO.ID – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan, nilai tukar rupiah masih akan terus menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) atau USD.
Menurut Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI 17-18 September melalui kanal Youtube BI, Rabu (18/9/2024), ketidakpastian kebijakan moneter negara maju makin mereda sejalan dengan terus melambatnya tekanan inflasi global.
Inflasi AS sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia, diprediksi makin mendekati sasaran jangka menengah sebesar 2 persen di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya angka pengangguran.
Perkembangan itu mendorong prospek penurunan bunga acuan bank sentral AS The Fed atau Fed Funds Rate (FFR) lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan semula.
Baca Juga: Ini Alasan BI Pede Pangkas Bunga Acuan BI Rate
Indikasinya terlihat dari imbal hasil atau yield surat utang pemerintah AS (US Treasury Note) tenor 2 tahun yang menurun lebih besar, sehingga lebih rendah dari yield US Treasury 10 tahun. Indeks dolar AS terhadap 6 mata uang negara utama (DXY) juga melemah.
Bank Sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) juga telah menurunkan suku bunga kebijakan moneternya, sejalan dengan inflasi yang menurun ke arah sasaran jangka menengah sebesar 2 persen.
Begitu pula Bank Sentral China atau People Bank of China (PBoC), telah menurunkan suku bunga acuan sejalan dengan inflasi yang rendah dan permintaan domestik yang masih lemah.
“Semua perkembangan itu akan memicu peningkatan aliran masuk modal asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia (yang selanjutnya akan makin memperkuat rupiah),” jelas Perry.