URBANCITY.CO.ID – Selama hampir sewindu terakhir pasar apartemen melesu karena suplai yang berlebihan dan harga yang ketinggian. Pasarnya makin terpuruk saat pandemi Covid-19 awal 2020 sampai sekarang.
Potensi penyewanya juga merosot. Padahal, selama ini sebagian besar pembeli apartemen adalah investor yang membeli saat pre-launching atau ketika proyek masih dalam tahap pengerjaan (under construction).
Tujuan pembelian untuk disewakan, dan dijual lagi dengan harga lebih tinggi saat unit apartemen sudah jadi untuk mendapatkan capital gain (surplus dari harga jual dibanding harga beli).
Tapi, karena saat ini penyewanya sangat terbatas, sulit mengharapkan apartemen bisa dijual lebih tinggi. Tidak ada yang mau membeli apartemen yang sulit disewakan. Di pihak lain pemilik harus tetap membayar service charge meskipun unit apartemennya tidak terisi.
Baca Juga: Pasar Milenial dan Kelestarian Lingkungan Akan Jadi Tren Di 2024
“Hal itulah yang membuat investor tidak tertarik lagi membeli apartemen (sehingga pasarnya lesu). Mereka merasa rugi berinvestasi di apartemen,” kata Head of Research Department Colliers Indonesia, dalam media briefing mengenai pasar apartemen di Jakarta dan sekitarnya beberapa waktu lalu.
Karena pasar lesu, launching apartemen baru pun hampir tidak ada. Pengembang fokus menyelesaikan dan memasarkan proyek yang terlanjur berjalan.
Saat ini sebagian besar proyek itu sudah jadi berisi unit-unit siap huni (ready stock). Unit siap huni lebih disukai end user yang membeli properti untuk dihuni sendiri.