“Hal itu terjadi karena saat pandemi semua orang bisa bekerja dari mana saja. Dan Bali menjadi salah satu tujuan utamanya. Tren ini bertahan hingga kini, dan menjadi bahan bakar pasar properti berkonsep boutique lifestyle,” jelas Johannes.
Itulah kenapa OXO memilih fokus mengembangkan lifestyle boutique property di Bali, terutama untuk kalangan atas.
Baca juga: OXO Tawarkan Green Boutique Property di Bali

Ia menunjukkan contoh pertumbuhan villa di kawasan Canggu, sebagai contoh resilience-nya pasar properti di Bali. Pada awal-awal pandemi jumlah villanya sekitar 3.200 unit. Tapi, saat ini sudah lebih dari 5.000 unit dan diperkirkan masih akan terus bertambah.
“Kami sendiri bisa menjual habis dua proyek di kawasan Canggu selama pandemi,” ungkap pria yang dikenal sebagai pembicara publik, wirausahawan kreatif, visioner, dan pemikir lateral dengan lebih dari 25 tahun pengalaman bisnis di Inggris, Australia, Austria, dan Jerman sebelum ke Indonesia.
OXO mengembangkan dan memasarkan sendiri semua proyeknya, dan kemudian mengelolanya. Saat ini OXO sudah memiliki sekitar 30 properti di Bali senilai lebih dari Rp700 miliar.
Terdiri dari hunian pribadi, vila, townhouse, studio co-working, resor, ditambah kapal pesiar 6 kabin sepanjang 20 meter di Taman Nasional Komodo. Johannes menyebut OXO sebagai small giant. Kecil dari segi ukuran, namun punya visi menjadi pemain kelas dunia.