“Oleh karena itu, kami telah melakukan pembinaan pada IKM alat angkut agar dapat masuk ke dalam ekosistem KBLBB,” ungkapnya.
Pembinaan diberikan khusus dalam pengembangan motor listrik, baik itu dalam pembuatan parts/komponen motor listrik, perakitan, maupun jasa service dan reparasi motor listrik.
Baca Juga: IKM Furnitur Kian Berani Penetrasi ke Pasar Global, Mampu Ciptakan Produk Andal
Tujuannya, agar produk dan jasa yang dihasilkan oleh IKM alat angkut mampu memenuhi standar kualitas, harga yang ekonomis dan pengiriman yang tepat waktu.
Namun demikian, Reni menjelaskan, Ditjen IKMA tetap aktif membina industri kendaraan bermotor dengan bahan bakar fosil untuk bisa lebih berdaya saing.
“Walaupun kami telah memulai pengembangan motor listrik, namun kami tidak akan meninggalkan industri kendaraan bermotor konvensional dengan bahan bakar fosil,” tuturnya.
Salah satu upayanya, melakukan pembinaan kepada IKM knalpot aftermarket atau knalpot yang diproduksi bukan oleh buatan pabrikan kendaraan asli.
Menurut Reni, hingga saat ini para IKM tersebut masih menghadapi tantangan untuk dapat masuk dalam ekosistem KBLBB utamanya di sisi kompetensi SDM dan kualitas produknya.
Sementara itu, Direktur IKM Logam, Mesin, Elektronika dan Alat Angkut Ditjen IKMA, Dini Hanggandari mengatakan, timnya telah melakukan berbagai program pembinaan yang ditujukan untuk peningkatan daya saing IKM.
Baca Juga: Perluas Pasar, 10 IKM Kerajinan Lokal Mejeng di Ambiente Jerman
“Kami telah melakukan berbagai program pembinaan peningkatan daya saing IKM, mulai dari penguatan akses bahan baku, pengembangan produk, peningkatan teknologi mesin/peralatan sampai dengan promosi dan pemasaran,” ucapnya.