URBANCITY.CO.ID – Badan Pusat Statistik (BPS) sudah mengumumkan, pertumbuhan ekonomi (PDB) Indonesia 2023 hanya 5,05%, turun dibanding 5,31% pada tahun 2022. Perlambatan ekonomi itu antara lain disebabkan oleh melemahnya konsumsi masyarakat. Tahun lalu konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,82% dibanding 4,94% tahun 2022. Konsumsi rumah tangga adalah penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi, mencapai lebih dari 50%, disusul investasi, belanja pemerintah, dan ekspor-impor. Para ekonom menyatakan, melemahnya konsumsi rumah tangga itu karena kelas menengah atas mengurangi belanja, dan lebih memilih berinvestasi dalam surat berharga atau simpanan berjangka.
Pemerintah dan BPS sudah sejak tahun lalu mencatat penurunan konsumsi kaum menengah tersebut. Terutama sejak mulai menghangatnya tensi politik dan meningkatnya suku bunga yang dipengaruhi oleh kenaikan bunga The Fed. BPS mencatat konsumsi rumah tangga pada kuartal IV-2023 hanya tumbuh 4,47% (YoY), dibanding 5,05% pada kuartal III-2023, dan 4,5% pada kuartal IV-2022. Sepanjang 2023 pun atau secara kumulatif (cumulative to cumulative/ctc), konsumsi rumah tangga juga tumbuh lebih rendah 4,82% dibanding 2022 yang 4,94%.
Indeks Transaksi Belanja (Intrabel) BCA juga merekam tren penurunan belanja kaum menengah atas itu. Intrabel BCA mencatat, pertumbuhan konsumsi turun 3,95% secara tahunan (YoY) per 25 Januari 2024. “Seperti pertumbuhan ekonomi atau PDB nominal, nilai konsumsi (nominal kalangan menengah) itu terus turun,” kata Kepala Ekonom BCA David Sumual seperti dikutip CNBC awal pekan ini.